Kamis, 27 Oktober 2016

hadits kewajiban anak terhadap orangtua



A.      Hadist Kewajiban Anak terhadap Orang Tua
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak dan termasuk amalan yang utama. Adab dan kewajiban berbakti kepada orangtua adalah yang terdepan setelah adab kepada Allah Ta’ala dan kepada  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Hal tersebut diriwayatkan dalam oleh Imam Bukhori dalam kitab shahihnya, yaitu:
حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: الوَلِيدُ بْنُ عَيْزَارٍ، أَخْبَرَنِي قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ، يَقُولُ: أَخْبَرَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ، وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الوَالِدَيْن قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي[1]

Artinya:
Telah  menceritakan kepada kami Abu Al Walid, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dia berkata: Al Walid bin ‘Aizar telah mengabarkan kepadaku, dia berkata: saya mendengar Abu ‘Amru Asy Syaibani berkata: telah mengabarkan kepada kami pemilik rumah ini, sambil menunjuk rumah Abdullah, dia berkata: saya bertanya kepada Nabi SAW, “amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau bersabda, “Shalat tepat pada waktunya”, dia bertanya lagi, “kemudian apa?”, Beliau menjawab, “berbakti kepada orang tua.” Dia bertanya lagi, “kemudian apa lagi?”, beliau menjawab, “berjuang di jalan Allah.” Abu ‘Amru berkata, “dia (Abdullah) telah menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan niscaya dia pun akan menambahkan (amalan) tersebut kepadaku.”
Hadist tersebut juga disebutkan dalam Shahih Muslim yaitu:
 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنِ الشَّيْبَانِيِّ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ، عَنْ سَعْدِ بْنِ إِيَاسٍ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ فَمَا تَرَكْتُ أَسْتَزِيدُهُ إِلَّا إِرْعَاءً عَلَيْهِ[2]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Asy-Syaibani dari Al Walid bin Al Aizar dari Sa’ad bin Iyas Abu Amru Asy-Syaibani dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, amalan apakah yang paling utama?”, beliau menjawab, “Shalat pada waktunya” Aku bertanya lagi, “kemudian apa?”, Beliau menjawab, “berbakti kepada orang tua”, aku bertanya, “kemudian apa?”, Beliau menjawab: “berjihad di jalan Allah.” Kemudian aku tidak menambah pertanyaan lagi karena menjaga perasaan beliau.


[1] Maktabah Syamilah, Shahih Bukhori, Kitab Adab No. 5970.
[2] Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, Kitab Iman, Hadits No. 85

B.      Kandungan dan Pembahasan dari Hadist yang Menjelaskan Tentang Kewajiban Anak tehadap Orang Tua
Hadits yang mulia ini menunjukkan apa yang telah dijelaskan di atas yaitu kewajiban berbakti kepada orangtua. Dimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama menjadikannya  sebagai amalan yang  paling afdhol setelah  sholat.
Kalau sholat adalah ibadah agung yang berkaitan dengan hubungan hamba dengan Sang Penciptanya, maka berbakti kepada kedua orangtua adalah ibadah yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan orang yang paling berjasa kepadanya yaitu kedua orangtua. Sholat adalah hak Allah Ta’ala yang wajib ditunaikan oleh hamba. Dan bakti kepada orangtua adalah hak kedua orangtua yang wajib ditunaikan oleh anak. Seperti di dalam dua ayat di atas, Allah Ta’ala menyebutkan perintah berbakti kepada kedua orangtua setelah perintah mentauhidkanNya.
Nabi juga menyebutkan dalam hadits tersebut kalimat بِرُّ الوَالِدَيْن lebih awal daripada kalimat الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. Hal ini menunjukkan berbakti kepada orang tua lebih utama dari pada berjihad di jalan Allah. Rosululluh juga menyebutkan hal ini dalam hadits lain, yaitu:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ وَشُعْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا حَبِيبٌ قَالَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُجَاهِدُ قَالَ لَكَ أَبَوَانِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ[1]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan dan Syu'bah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Habib dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Habib dari Abu Al 'Abbas dari Abdullah bin 'Amru dia berkata; seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; Saya hendak ikut berjihad. Beliau lalu bersabda: Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua? dia menjawab; Ya, masih. Beliau bersabda: Kepada keduanya lah kamu berjihad.
            Hadist di atas menerangkan begitu pentingnya berbakti kepada orang tua. Berbakti kepada orang tua termasuk berjihad. Yaitu dengan merawatnya, bertutur kata yang halus terhadap keduanya, dan menafkahinya. Beliau merawat kita dari kecil sampai dewasa tanpa pamrih. Rasa sayangnya begitu besar kepada kita. Terutama adalah ibu. Karena beliau yang mengandung kita dan melahirkan dengan taruhan nyawa. Sehingga Rosulullah SAW menyebutkan bahwa ibu adalah orang yang paling berhak kita berbakti kepadanya. Imam Bukhori menyebutkan dalam Shahihnya yaitu:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ[2]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya? beliau menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi; Kemudian siapa? beliau menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi; kemudian siapa lagi? beliau menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi; Kemudian siapa? dia menjawab: Kemudian ayahmu. Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas.
Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan. Yaitu dengan mendoakannya, menjalankan wasiatnya dan menyambung jalinan silaturrahmi mereka dan memuliakan teman mereka. Abu Dawud berkata dalam kitab sunannya yaitu:
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَهْدِيٍّ، وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْمَعْنَى قَالُوا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَسِيدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ، مَوْلَى بَنِي سَاعِدَةَ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيِّ، قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا[3]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdi dan Ustman bin Abu Syaibah dan Muhammad Ibnul ‘Ala’, secara makna, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari ‘Abdurrahman bin Sulaiman dari Asid bin Ali bin Ubaid mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Bani Sa’idah dari Bapaknya dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As Sa’id, ia berkata: “Ketika kami sedang bersama Rosulullah SAW, tiba-tiba ada seorang laki laki dari Bani Salamah datang kepada beliau. Laki-laki bertanya, “Wahai Rosulallah, apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada orang tuaku setelah mereka meninggal?” beliau menjawab, “Ya, mendo’akan dan memintakan ampun untukn keduanya, melaksanakan wasiatnya, menyambung jalinan silaturrahmi mereka, dan memuliakan teman mereka.
Beberapa Hadist di atas menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua, bahkan merupakan suatu kewajiban. Marilah kita berupaya utk memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita kepada orangtua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi Allah betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di saat masih dalam kandungan dan saat persalinan serta setelah dilahirkan sebagai seorang bayi. Kedua orangtua telah mengerahkan tenaga & pikirannya serta hartanya untuk merawat kita. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya.


[1]  Maktabah Syamilah, Shahih Bukhori, Kitab Adab, Hadits No. 5972.
[2] Maktabah Syamilah, Shahih Bukhori, Kitab Adab, Hadits Nomor 5971
[3] Maktabah Syamilah, Sunan Abu Dawud, Abwabun Naumi, Hadits Nomor  5142.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FAKTA ANGGOTA QNET

Bisnis Qnet, yg "KATANYA" bisnis International dunia. tapi kenapa membernya tidak bisa berfikir jernih????